Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

RAHASIA DI BALIK SENJA KE-2

Gambar
Senja mendarat di bibir pantai menjadi mesra hidupku lengkap dengan gerimis yang sedikit basah itu. saat itu senja menyinari tubuhku dan menjadi saksi kisah harapan tak menentu. Awalnya kita bertatap pada acara makan malam pertemuan kumpulan para bangsat. Semerbak harum bunga di taman Kaulah bunga diantara bunga-bunga itu Kau begitu mempesona, indah, sejuk, cantik dan seterusnya PUN aku tak bisa mengungkapkannya. " Dalam Puncak Kebugaran" Apa kata yang pantas untukkmu kalau bukan kata BANGSAT, BAJINGAN, JASIK tapi ASUdahlah aku masih bersanTAI ria di balik tirai jebakan-jebakanmu yang terstruktur  itu. (emboke Ancoookkk) Demi hijab modismu yang sudah lusuh Alismu sudah tak seperti bulan sabit Kerling matamu mulai putus asa Bibirmu semakin hari semakin tak jelas Runtuh, ambruk sampai akar-akarnya. Dalam gumamku berkata malam itu (mentolo tak nafkahi koen dek) Malam sampai subuh di cabik sepi Dan di Pagi hari mendung pecah berkeping-keping di matamu Di susul ju

EKSPEDISI GUNUNG MANGGAR

Gambar
Dua hari sebelumnya, tepatnya setelah berjamaah sholat magrib, Jarot bertemu dengan tetangganya di teras masjid, namanya pak sigit, dia adalah salah satu tokoh di desanya jarot. Beliau berprofesi sebagai guru di madrasah Ibtidaiyah di desa Sabrang Kec. Ambulu. pak sigit yang sekaligus pamanya jarot memang dulu pernah pergi ke gunung manggar untuk menjenguk saudaranya yang sakit dan kebetulan rumah saudaranya dekat pada kawasan gunung manggar, dari hal inilah pak sigit ingin menceritakan tentang pengalamanya kepada jarot ketika berada di kawasan gunung manggar,  selama 30 menit mereka berdua  terlihat sangat serius dalam berdialog, selesainya berdialog, jarot pun kembali ke rumah untuk menyiapkan beberapa peralatan dekumentasi. Jarot menangkap beberapa point dari perkataan pak Sigit, pertama tentang sulitnya masuk dalam kawasan  tambang liar Emas karena harus ada izin dari PERHUTANI. Dan kedua, tidak ada jaminan keselamatan nyawa jika terjadi konflik dengan penambang liar karena

Tragedi romantis pada tgl 21 maret di gedung baladika NU

Gambar
(Puisi ini, kupersembahkan kepada panglima besar PMII Cabang Jember) Seumpama kematian, itu batal Nafas segar dengan senyum daun pohon randu diseberang lorong yg jaraknya tidak begitu dekat, mendoakan Rumput2 yg baru saja dikuyur hujan kebimbangan dan keresahan, sontak sorai menceriakan wajah tandum di kerumunan ban-ban plastik. Surat keputusan ini, aku bacakan di saat seribu karung busur panah dengan jutaan ton berat anak panah, disiapkan menembus jantung2 yg bermata amis serta melenyapkan tenun sihir kapitalis. Hal ini, aku nyatakan!! Bukanlah atas nama kepala anjing setengah babi itu, yg memiliki sihir aroma hujan badai tanpa bau dupa dan bunga cempaka. Ini adalah kehendak pamungkas para kekasih yg setiap malam selalu menyampaikan satu kata "revolusi". Lalu bau gas elpiji yg bernama revolusi sudah agak mulai terlukis di kain yg bercorak biru kuning itu. Oleh: En Sof "Komunitas Tanah Liat" BERJUANG BERSAMA, MATI BERSAMA