EKSPEDISI GUNUNG MANGGAR




Dua hari sebelumnya, tepatnya setelah berjamaah sholat magrib, Jarot bertemu dengan tetangganya di teras masjid, namanya pak sigit, dia adalah salah satu tokoh di desanya jarot. Beliau berprofesi sebagai guru di madrasah Ibtidaiyah di desa Sabrang Kec. Ambulu. pak sigit yang sekaligus pamanya jarot memang dulu pernah pergi ke gunung manggar untuk menjenguk saudaranya yang sakit dan kebetulan rumah saudaranya dekat pada kawasan gunung manggar, dari hal inilah pak sigit ingin menceritakan tentang pengalamanya kepada jarot ketika berada di kawasan gunung manggar,  selama 30 menit mereka berdua  terlihat sangat serius dalam berdialog, selesainya berdialog, jarot pun kembali ke rumah untuk menyiapkan beberapa peralatan dekumentasi.

Jarot menangkap beberapa point dari perkataan pak Sigit, pertama tentang sulitnya masuk dalam kawasan  tambang liar Emas karena harus ada izin dari PERHUTANI. Dan kedua, tidak ada jaminan keselamatan nyawa jika terjadi konflik dengan penambang liar karena preman-preman lokal di kawasan pertambangan siap siaga bagi orang asing yang masuk kawasan pertambangan,

…oce , thank you , so nice meet you,……
Seperti biasanya, ungkapan terakhir dari dosen di setiap akhir mengajar, Jarot pun keluar dari kelas mendahului dosennya, setelah berjalan keluar dari gedung, jarot pun berjalan terburu-buru untuk menghindari panasnya terik matahari , mencari tempat teduh untuk melepaskan kelelahan. Saat itu  jam tangan jarot menunjukkan pukul 13.00, jarot menghampiri temen  kampusnya yang sedang duduk santai  sambil menghisap sebatang rokok yang baru dinyalakannya, mereka  mengobrol di taman cantik depan halaman sebuah gedung yang bertuliskan Fakultas Sastra/FIB UNEJ,  ,.
“Bag,  aku dengar dari tetanggaku, di daerah Kecamatan wuluhan ada penambangan liar, penambangan emas brow,..!!” kata jarot sambil mengambil HP di saku celananya.
“ apa bener perkataan tetanggamu  ? di daerah mana tadi katamu rot,.. lupa aku,.” Babag teman akrab jarot berkata dengan wajah lugunya,
“ wuluhan bag, tepatnya di kawasan gunung manggar, sudahlah jangan banyak tanya, kamu ambil motorku di parkiran kampus, ini kontaknya, kita berangkat sekarang” jarot berkata dengan wajah agak memaksa.
“ okelah, tapi entar traktir kopi sama rokoknya “ ujar Babag sambil berdiri dan kemudian berjalan menuju parkiran.  
Keduanya pun naik sepeda motor , jika pemberangkatan dari area UNEJ kurang lebih 2 jam untuk mencapai kawasan Gunung Manggar. Setibanya di Kec. Wuluhan mereka tidak langsung ke kawasan tambang, melainkan mereka bersinggah dulu di warung kecil yang di bangun oleh bambu yang begitu terlihat kesederhanaannya dan letaknya tidak jauh dari kawasan tambang , Jarot dengan wajah lelah menikmati hangatnya kopi sedangkan babag lebih terlihat lebih segar dengan minuman es yang baru seteguk diminumnya. Di warung tersebut ada beberapa orang tua dan orang muda yang sedang membawa alat pemecah batu dan beberapa karung yang berwana putih. Kegelisahan jarot semakin meningkat, jarot teringat perkataan pak sigit yang waktu lalu . “ apakah orang-orang ini adalah penambang liar,,? Aku harus bagaimana ? “jarot terus merenung dengan berangan-angan.

“ Pak, permisi ,. Boleh pinjam korek api ,..” ujar babag kepada orang tua yang disampingnya sekaligus memecah lamunannya Jarot.
“ Boleh, ini dek, anak mana dek,.?” Berkata orang tua tersebut dengan menyodorkan koreknya,
“ anak Sumber Sari pak, daaerah kampus UNEJ “ jarot menyaut
“ mengapa koq jauh-jauh ngopi disini,? bukankah disana banyak cewek-cewek cantiknya “ ucap seseorang yang disamping pak tua sambil tersenyum.                          
“ kami dari rumah temen di Wuluhan pak,  tak sengaja kami mendengar katanya ada tambang emas di dekat sini, kami ingin cari emas, siapa tahu kami bisa kaya, soalnya kami bekerja di bengkel agak susah penghasilannya” ucap Jarot dengan membalas senyuman
“ kalau begitu sekalian bareng bapak aja , bapak juga sering nyari emas di atas gunung sana,..mumpung belum hujan, kita berangkat sekarang” ucap orang tua tersebut.

Dari beberapa percakapan tersebut Jarot dan Babag berhasil menghindari kecurigaan dari si penambang liar, pak Sigit memang pernah berkata bahwa para penambang liar slalu mewaspadai kehadiran orang asing karena para penambang liar tidak ingin aktivitas pertambangan emas di kawasan gunung manggar terpublikasi,  Jarot dan Babag berusaha meyakinkan ke para penambang bahwa mereka hanyalah anak muda yang sedang putus asa karena bengkelnya bangkrut .
kemudian beranjak dari warung, jarot berbisik pada babag. “ sepanjang perjalanan menuju kawasan tambang, jangan sampai kata-kata ilmiah keluar dari mulut kita “, sesuai dengan rencana awal, kita di bantu oleh si penambang liar untuk menunjukkan jalan menuju area tambang, kemudian pada saat perjalanan dengan naik sepeda motor kami kehilangan jejak si penambang liar yang awalnya ada di depan kita,kami tersesat, maklum jalannya rusak dan berada di tengah alas hutan, seketika itu kami begitu tercengang melihat fenomena yang unik, di saat suasana sunyi dari suara ribut motor, terlihat ada beberapa sepasang kekasih yang sedang bermesraan dengan begitu tenangnya , dengan terpaksa saya berhenti kemudian turun dari sepeda motor dan bertanya letak kawasan tambang emas pada salah satu sepasang kekasih yang sedang berpacaran, dengan detailnya mereka menjelaskan jalan/alur menuju kawasan tambang tersebut.

Kurang lebih 300 meter dari pusat kawasan tambang tersebut, jarot melihat ada ribuan sepeda yang berjajaran di lahan parkir dan beberapa puluh warung makan menghiasi sepanjang jalur menuju area tambang, sehingga kemudian Jarot menitipkan sepeda di lahan parkir tersebut dan melepas lelah dengan memesan dan minum secangkir kopi, setelahnya itu jarot dan babag kembali melanjutkan perjalanan menuju pusat kawasan tambang, dengan setapak kaki selama hampir 20 menit mereka berjalan dan mendaki lereng gunung. Akhirnya jarot dan babag tiba di pusat kawasan tambang emas, setibanya di lokasi tambang mereka berbincang-bincang dengan  penambang liar dari tasik Malaya, banyuwangi, gresik, dan orang-orang local Jember, mungkin karena si penambang liar melihat lusuhnya pakaian yang jarot pakai sehingga mereka para penambang  pun merasa kasihan dan mencoba untuk memberikan semangat dengan hal-hal yang menguntungkan tentang pertambangan, mereka mengajarkan ke jarot dan babag step awal tata cara menambang sampai step akhir penjualan batang emas, bahkan ada salah satu dari penambang liar yang menawarkan pekerjaan di perusahaan Newmonth (perusahaan tambang), ada pula yang menawarkan alat tambang ( alat supley oksigen ) dengan harga di bawah standart. waktu senja pun tiba, tak terasa sudah empat jam lebih jarot dan babag berbincang-bincang dengan para penambang dan seolah-olah terlena dengan pandangan-pandangan yang begitu menantang sehingga lupa waktu, pada akhirnya jarot memutuskan untuk kembali pulang,  dalam perjalanan menuju rumah, jarot berfikir tentang pak Sigit, ajrot baru menyadari bahwa pak sigit tidak hanya istiqomah terhadap dunia pendidikan namun beliau sangat getol dalam pengawalan dinamika socio-gegrafis kota Jember, Jarot ingin meneruskan perjuangan pak sigit dengan menulis hasil Ekspedisi Gunung Manggar.

Tentang aktivitas pertambangan emas kawasan gunung manggar.

Kronologis dari ramainya penambang liar di Kawasan Gunung Manggar di mulai dari kedatangan para penambang liar yang sudah cukup berpengalaman secara intelektual dan tekhnis pengelolaan emas, awal kali mereka menambang tidak begitu dipercaya oleh masyarakat lokal, karena orang lokal ketika berlalu lalang di area tambang tidak memahami bahwa bebatuan yang ada di sekitarnya mengandung emas, setelah penambang liar memperlihatkan bijih-bijih emas dan mampu menghasilkan uang yang banyak, secara langsung masyarakat lokal pun ikut menambang pula, ada dua peranan dari para penambang liar, yang pertama berperan sebagai penggali lubang tambang dan yang kedua berperan sebagai pencari emas sisa-sisa dari batuan yang di keluarkan dari lubang yang di gali oleh si penggali lubang.
Mencoba untuk memahami aktivitas dari para penambang dengan memerankan sebagai penambang,
• Aktivitas tambang akan merusak lingkungan di sekitar kawasan tersebut, kemungkinan dampak dari penambangan akan mengkibatkan longsor kemudian akan menghambat dan mematikan pertumbuhan pohon-pohon di sekitarnya,

• Aktivitas tambang, berstatus penambang illegal dan para penambang pun mengakui bahwa ini adalah aktivitas yang melanggar aturan dari PERHUTANI,  akan tetapi yang menjadi polemik ada pada banyaknya jumlah para penambang liar di kawasan area tambang padahal secara legal area tambang gunung manggar adalah milik PERHUTANI, lalu mengapa aktivitas tambang semakin bertambah jumlahnya selama dua tahun lebih. apakah penanggung jawab terkait legalitas penambangan cenderung untuk membiarkan.

• Para penambang berani mengorbankan nyawa demi mencari emas di dalam lubang yang luas lubangnya sekitar 1 meter x 1.5 meter dengan kedalaman sekitar 15 meter ke bawah dengan tidak adanya jaminan atas keselamatanya, maka dengan kita membiarkan dan diam melihat aktivitas tambang yang begitu dekat dengan ancaman nyawa, maka kita telah terlibat dalam ancaman bagi kehidupannya si penambang karena kita membiarkan akal dari si penambang berfikiran bahwa tidak ada potensi dan profesi yang lain selain hanya sebagai penambang emas sehingga kehidupannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya hanya bergantungan pada hasil tambang.

Situasi dan kondisi yang telah terjadi di area tambang gunung manggar, Kec. Wuluhan bukanlah sesuatu hal yang terjadi begitu saja,  para aktivis lingkungan jember berpandangan bahwa adanya kepentingan sepihak oleh kelompok tertentu yang menginginkan Kawasan Tambang gunung manggar agar tidak terpublikasikan dengan sengaja mendiamkan sikap gerakan dari Organisasi mahasiswa, Organisasi masyarakat, LSM, kelompok-kelompok peduli lingkungan dan orang-orang yang taat dan patuh hukum, kita semua tahu siapa yang bertanggung jawab ketika berbicara NYAWA rakyat, ILLEGAL JOB ( tambang liar ) , PERIZINAN TAMBANG dan dampak lingkungan.

Oleh: Coconggo Member

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mastodon dan Burung Kondor Karya: WS Rendra

Takjil Jalan Kalimantan Jember

Aku Si Binatang Jalang Tapi Bukan Chairil