Tragedi romantis pada tgl 21 maret di gedung baladika NU




(Puisi ini, kupersembahkan kepada panglima besar PMII Cabang Jember)

Seumpama kematian, itu batal
Nafas segar dengan senyum daun pohon randu diseberang lorong yg jaraknya tidak begitu dekat, mendoakan
Rumput2 yg baru saja dikuyur hujan kebimbangan dan keresahan, sontak sorai menceriakan wajah tandum di kerumunan ban-ban plastik.

Surat keputusan ini, aku bacakan di saat seribu karung busur panah dengan jutaan ton berat anak panah, disiapkan menembus jantung2 yg bermata amis serta melenyapkan tenun sihir kapitalis.

Hal ini, aku nyatakan!! Bukanlah atas nama kepala anjing setengah babi itu, yg memiliki sihir aroma hujan badai tanpa bau dupa dan bunga cempaka.
Ini adalah kehendak pamungkas para kekasih yg setiap malam selalu menyampaikan satu kata "revolusi".

Lalu bau gas elpiji yg bernama revolusi sudah agak mulai terlukis di kain yg bercorak biru kuning itu.
Oleh: En Sof "Komunitas Tanah Liat"

BERJUANG BERSAMA, MATI BERSAMA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mastodon dan Burung Kondor Karya: WS Rendra

Takjil Jalan Kalimantan Jember

Aku Si Binatang Jalang Tapi Bukan Chairil