Mastodon dan Burung Kondor "MdBK" Karya W.S Rendra



sinopsis

Mastodon dan Burung Kondor ialah salah satu naskah drama masterpice karya W.S. Rendra yang fenomenal. Naskah inidi tulis tahun 1971-1973 dalam kurun waktu hampir 3 tahun, kemudian, dipentaskan Bengkel Teater Rendra pada tahun 1973 dan 1975 serta pernah dipentaskan di Gedung Sanusi Unpad Bandung pada tahun 2012 yang disutradarai oleh Ken Suraida “istri W.S. Rendra”. Kali ini akan dipentasan oleh TERAS “Teater Rayon Sastra” pada tanggal 6 dan 8 Oktober 2017.
Mastodon atau mamut americanum merupakan hewan yang besar dan memiliki belalai seperti gajah. Mastodon dalam naskah ini digambarkan sebagai simbol pemerintah yang diktator, rakus, dan suka menindas rakyat. Sedangkan Burung Kondor merupakan spesies burung america selatan dalam famili cathartidae Hering Dunia baru dan satu-satunya genus vultur (wikipedia bahasa Indonesia). Burung pemakan bangkai ini, sudah hampir punah. Burung ini digambarkan sebagai simbol rakyat yang tertindas.

Naskah Mastodon dan Burung Kondor menceritakan tentang isu politik, ekonomi, hukum, sosial budaya dan agama di Amerika latin. Ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam naskah, berupa oposisi dan protes terhadap keadaan di dalam negeri. Sosial budaya  mayarakat yang semakin merosot. Bahkan, nilai kemanusiaan mulai luntur. Naskah ini berupaya untuk menggalang kesadaran masyarakat dalam upaya melestarikan kebudayaan, meningkatkan perekonomian, dan terlepas dari cengkraman bangsa asing.

Dalam naskah, terdapat tiga tokoh yang menghendaki revolusi, namun dengan sudut pandang yang berbeda. Tiga tokoh sentral tersebut mempunyai pandangan tersendiri dalam megartikan revolusi. Tokoh-tokoh tersebut ialah Jose Karosta, Juan Frederico dan Max Carlos.
Jose Karosta merupakan tokoh mahasiswa dan juga penyair yang suka membaca sajak-sajak tentang kritik sosial. Ia sangat prihatin dengan kadaan masyarakat yang mulai ambruk. Ia mengidamkan tercetusnya perubahan, tapi perubahan secara bertahap karena perubahan secara mendadak yang ditimbukan oleh revolusi hanya akan menghasilnya perubahan semu. Ia berpikir bahwa revolusi secara mendadak akan memunculkan pimpinan yang diktator kembali, setelah gerilyawan berhasil melakukan kudeta terhadap pemerintah. Proses perubahan secara ektrimisme dan kasar hanya akan menimbulkan penjajah baru dalam bentuk yang berbeda.

Sedangkan, Juan Frederico merupakan mahasiswa yang sangat gencar untuk menimbulkan revolusi. Mahasiswa sekaligus aktivis kampus ini, berhasil membakar api semangat teman-temannya untuk mencetuskan revolusi. Pemikirannyapun matang dan sangat tertata. Ia sangat kritis terhadap persoalan kampus. Menurutnya, kampus bukan tempat menimba ilmu yang sebenarnya. Kampus hanya sebuah tempat untuk mendoktrin para mahasiswa selalu patuh dan tidak melakukan perlawanan. Ia sadar terhadap penjajahan baru dalam bentuk moral tersebut. Sistem di kampus semerta-semerta hanya sebuah proses pengiya-iyaan, sedangkan mahasiswa yang sebenarnya harus menjadi sosok yang kritis, tidak hanya patuh pada sistem kampus belaka. Mahasiswa yang kritis ialah mahasiswa yang dapat mengolah kebijaksanaan, menyusun kebijaksanaan, dan menguji kebijaksanaan. Ia bersama teman-temannya berusaha untuk menjadi penggerak revolusi di negaranya. Ia juga berhasil menggalang api masa untuk ikut merembes dalam revolusi yang diinginkan dengan menggunakan Jose Karosta. ia sangat tahu bahwa Jose Karosta merupakan tokoh yang berpengaruh di dalam masyarakat. Sehingga siasat yang ia lakukan berhasil menimbulkan kemarahan pada masyarakat sekitar. Siasat tersebut, berhasil membuat masyarakat melakukan perlawanan-perlawanan terhadap pemerintah. Masyarakat mulai sadar akan kebuasan pemerintah yang sedang berkuasa.
Max Carlos merupakan tokoh yang sedang berada di puncak pimpinan Negara dan pimpian militer. Ia disimbolkan sebagai Mastodon dalam naskah ini. Sosok penguasa diktator ini, sangat gencar untuk melakukan pembangunan di dalam negeri. Iapun berhasil meningkatkan pendapatan nasional sebesar 260  persen, pembangunan terjadi dimana-mana. Namun, hal itu bukan membuat rakyat semakin sejahtera. Rakyat kecil makin menderita dengan keadaan dalam negeri tersebut. pencitraan  terus berjalan tanpa ada penetrasi bagi masyarakat.

Max Carlos sebagai tokoh pemimpin diktator sangat membenci Jose Karosta.Ia berpikir tokoh semacam Jose karosta hanya akan menimbulkan keributan di negara yang ia pimpin. Sehingga, iapun menangkap Jose Karosta sebagai salah satu akibat dari siasat Juan Frederico (Aktivis Mahasiswa Revolusi) sehingga menimbulkan perlawanan dimana-mana.

Naskah ini merupakan bentuk teguran-teguran halus terhadap pemerintah yang diktator. Sebagai sebuah refleksi seharusnya pemerintah lebih peka terhadap kesusahan masyarakat bawah seperti buruh, tani dan nelayan. Revolusi yang digambarkan dalam naskah Mastodon dan Burung Kondor merupakan bentuk akumulatif kekecewaan masyarakat terhadap pemangku kekuasaannya. Naskah ini merupakan gedoran jalan tengah untuk membuat pemerintah dan masyarakat sadar apa yag harus dilakukan dalam berbangsa dan bernegara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mastodon dan Burung Kondor Karya: WS Rendra

Takjil Jalan Kalimantan Jember

Aku Si Binatang Jalang Tapi Bukan Chairil