Ayo Hijrah



Aku ingin panjang umur dan ingin mati dalam keadaan Husnul Khotimah ~Aris Indra

Di jaman yang serba milenial ini story akun WA dan akun Instagramku penuh sesak dengan update-update tentang makanan, belanja di plaza-plaza, ngegame, kongko-kongko di caffee-caffee dan informasi tentang curhat-curhat mengenai kecantikan, semisal gincu merah jambu, macam-macam hijab Syar'i, sampai keluar update kata "Ini pipi apa bakpao atau donat yaa..?" didukung dengan gambar bibir manyunnya. Aku harus menahan ketawa. Heeemzz.

Ketawaku meletus ketika politisi berebut muda dan berebut sholeh sebagai cara ampuh menjaring pemuda milenial untuk ikut simpati mendukung politisi muda. Maaf aku tak tertarik sama sekali. Ada yang berteriak partainya pemuda anti korupsi, ada yang lepas songkoknya diganti dengan sorban biar seperti vokalis lagu-lagu religi biar terlihat kekinian dan bersahaja untuk memimpim negara. 

Kegelisahan Mas Aris Indra yang menjadi pertanyaanya apakah kita butuh teman pemimpin milenial apa butuh pemimpin untuk anak-anak milenial (Negarawan). Jadi mikir. Hehehe

Membaca Minat mahasiswa hari ini semakin hari kok semakin anjlok. Jarang sekali mahasiswa mau mewakafkan dirinya untuk siap bertungkus lumus dan membusuk lahir batin di organisasi. Hari ini mahasiswa lebih memilih Ngopi, olahraga, dan Berwisata. Jadi tidak salah bila ada yang berstatement mahasiswa hanya sebagai agen pulsa, agen aqua, agen herballife. Nasibmu Kini

Wahai mbak Hijab Modis Syar'i kelas menengah islam masa kini, senyummu berceceran di jalan-jalan jawa sampai kalimantan, di mie kober, di trotoal prosalina, di kantin-kantin kampus, di antrian teller-teller Bank, di Lippo Plaza, di bioskop-bioskop, di caffe-caffe, di alun-alun Jember. Mentolo tak nafkahi koen mbak biar bisa diajak berjuang membela kaum mustad'afin. Wekawekaweka

Moncong senjata selalu mengarah kesaya semacam ancaman bertubi-tubi menyasar berupa intimidasi dan diskriminasi sungguh hidup benar-benar paripurna berjalan di jalan pedang ini. Hanya hijab-hijab revolusi yang mengerti keadaan kondisi saya ketika mental saya benar-benar jatuh. Senada dengan kata-kata bangsat sahabat saya "Jangan lupa lumat manis bibir kekasihmu! Sebelum kau dilumat pahitnya hidup" (Syaiful Anam).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mastodon dan Burung Kondor Karya: WS Rendra

Takjil Jalan Kalimantan Jember

Aku Si Binatang Jalang Tapi Bukan Chairil