Muspimnas PMII 2019 di Boyolali

Nilai dasar pergerakan (NDP) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan dasar pijakan bagi segenap warga pergerakan untuk menerjemahkan kehidupan relegius yang  membumi.

Pada hakikatnya konsep pemikiran nilai dasar pergerakan itu dihasilkan dari perenungan sosial lingkungan yang mencerminkan jiwa relegius kaum pergerakan. kapasitas pemikiran yang dilosofis ini lahir dari tokoh intelektual PMII yang telah menghayati jamannya. hari ini gagasan itu seolah tumpul sihadapan jaman, apakah gagasan yang sempat menguat pada zamannya ini sudah tidak lagi relefan atau generasi pengembannya yang tidak bisa menghayatinya.

Berangkat dari catatan Adil Satria tentang Muspimnas di Boyolali, PMII hari ini tidak ada tanda-tanda untuk melakukan kerja pemikiran yang kritis seperti periode sebelumnya untuk perumuskan road map kaderisasi dan gerakan PMII. awalnya saya hanya berfikir bahwa hal itu hanya prediksi saja. Ternyata, keyataannya forum Muspimnas di Boyolali hanya beradu otot. kebanyakan peserta hanya ingin eksis kosong di forum nasional, sehingga terkesan terjebak dalam jurang pragmatisme yang secara subtansi kaderisasi tidaklah pokok. sangat disayangkan jika yang di persoalkan dalam muspimnas hanya persoalan mekanisme pengambilan keputusan dan berdebat panjang persoalan remeh temeh, sedangkan yang ditunggu oleh kader-kader di royon komisariat yaitu ide dan gagasan hasil muspimnas untuk arah PMII kedepan.

Seharusnya yang menjadi perdebatan panjang adalah persoalan rekomendasi Paradigma baru PMII kedepan dalam mengusung zaman melenial ini. Paradigma PMII hari ini sudah mulai buram dan tak jelas arahnya karena pemahaman yang merosot akan nilai2 perjuangan PMII. sekelas sekolah formal PKD, kader PMII sudah tidak lagi menjadikan paradigma kritis transformatif sebagai telaah kritis, tetapi diganti dengan paradigma PMII yang dalam pembahasannya mengarah pada cerita-cerita paradigma sebelumnya. Apakah masih menganggap paradigma sebelum sudah paripurna? Atau sudah tidak lagi mampu merumuskan paradigma baru.

Tantangan PMII kedepan semakin nyata,  selain perkembangan semakin pesat, penting juga kiranya melakukan kajian mendalam ekonomi politik hari ini, sebab hari ini bentang politik kita memiliki konsekuensi besar terhadap keberadaan sumberdaya alam kita, dengan modus investasi "ekonomi" baik suwasta atau BUMN sumberdaya alam kita  berada dalam jepitan pemodal dan lingkungan kita dalam sakit yg makin menua.

Catatan saya di Muspimnas PMII, PMII harus jelas mengambil posisi dalam lingkaran politik nasional, mau Vis a avis sengan negara atau masuk dalam lingkaran negara dan membuat manifesto politiknya.

Saya ingin menguatkan paradigma PMII tentang lingkungan dengan "Paradigma Sumberdaya", Sumberdaya alam dan sumberdaya manusia.

Sumberdaya Alam kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia kaya terhadap sumberdaya alam, sehingga beberapa negara-negara besar tertarik ke Indonesia dan ingin mengeksploitasi alam kita. catatan sejarah tentang ekapoitasi itu terbentang dari masa VOC, di era kolonialisme belanda sampai post kolonial hari ini. tidakkah kita menyadari kondisi fundamental ini, atau kita sedang terbius dalam semangat pembangunan yang mencekik lingkungan kita.

hal berikutnya adalah tentang sumberdaya manusia, karena unsur kedua ini sangatlah penting dalam menentukan keadaan alam ini. dalam revolusi-revolusi besar dunia, pasti ada aktor intelektualnya. aktor-aktor intelektual itu penting untuk melakukan perubahan dan berkontribusi besar terhadap kemajuan kesadaran bangsa. Lah itu hanya rekomendasi, kalau secara utuh bukan kapasitas saya karena kemampuan intelektual saya tak cukup sandaran filsafatnya.

Demikianlah Refleksi saya di Forum Muspimnas PMII 2019 Boyolali, Jawa Tengah
Sel 26/02/2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mastodon dan Burung Kondor Karya: WS Rendra

Takjil Jalan Kalimantan Jember

Aku Si Binatang Jalang Tapi Bukan Chairil